Kopi Pinogu dan nasehat Mba Rista

ngomongin kopi pinogu dengan riang dan gembira. sungguh indie sekali.

Sore itu di lesehan kontrakan gowok tampak berbeda. ada segerombolan pemuda memadati halaman Gowok beralaskan tikar sambil duduk mendengar pemaparan tentang perkembangan kopi Pinogu.

Perempuan berkerudung hitam duduk bersila di belakang meja kecil. Ditangannya, biji-bijian kopi Pinogu ia olah dengan cekatan menjadi minuman kopi bercita rasa tinggi. Total, ada empat penyajian yang ia presentasikan hari itu. 

Mesin penggiling berdesis lembut, kertas filter ia taruh di atas bejana bening berbentuk mirip botol laboratorium. perlahan, tetesan hitam pekat mengalir dari atas, menciptakan aroma khas kopi dari pedalaman dataran Pinogu.

Mba Rista, lebih tepatnya disapa Mita --nama itu sengaja ia pilih lantaran nama Aulia Bekti Kencana Mita terlampau panjang diucapkan-- wanita yang mengaku single ini secara sepihak kami daulat menjadi pemateri tunggal, membahas kopi pinogu dari beragam sisi. maklum, untuk urusan kopi, rata-rata tak banyak yang tahu menahu mengenai hal itu.

| full image
Diskusi Kopi Pinogu di kontrakan gowok | sumber : Dokumen  Pribadi.
Banyak yang dibagikan Mita seputar Kopi Pinogu. kopi yang berasal dari tanah Gorontalo ini memang hanya tumbuh di pedalaman kawasan hutan konservasi Bogani Nani Wartabone. Tepatnya di kecamatan Pinogu, kabupaten Bone Bolango, provinsi Gorontalo. 

Jangan ditanya, bagaimana akses menuju ke sana. toh, sepengakuan teman-teman dari kelas Inspirasi Gorontalo, mereka membutuhkan waktu sehari semalam  menuju ke perkampungan Pinogu. kalau ingin cepat, silahkan naik ojek bermotor yang harganya bisa membeli tiket pesawat rute Gorontalo-Makassar.

Bicara soal kopi Pinogu, Mita mungkin orang  kali pertama saya temui yang terlampau fundamental dalam hal menyeduh kopi. Tak ada gula sebagai pemanis. baginya, gula satu-satunya unsur yang diharamkan bila ingin menikmati cita rasa kopi Pinogu secara paripurna. Belum lagi cara ia mengolah biji kopi pinogu sebelum dikonsumsi. 

Butuh waktu sekitar lima menit untuk mengutak-atik selama proses mengolah biji kopi sampai seduhan kopi tersaji di depan kami. Dengan menggunakan beragam tehnik penyajian, Mita berhasil menyajikan kopi pinogu dengan cita rasa yang berbeda, mulai dari manual brewing, aeropress, Tubruk, sampai filter brewing. Alhasil rasa kopi pinogu yang dihasilkan sangat berbeda dari cita rasa kopi sachet. 

Ada perpaduan asam dan campuran rasa buah tatkala mencicipinya. Dan kalau mulai dingin, after taste (rasa yang ditimbulkan setelah meneguk) akan berbeda dari biasanya. Intinya, banyak berlatih untuk meningkatkan sensitifitas lidah dalam menilai taste secangkir kopi, tutur Mita.

| wide image
Abk Mita lagi menyampaikan materi.

kami begitu puas menikmati sajian kopi Pinogu dari tangan Mba Mita. ia, dengan segala kelihaian, berhasil memanjakan lidah kami menikmati kopi Pinogu dengan cara berbeda. berbekal biji kopi Pinogu kiriman dari mba Hikmah Biga, satu persatu, kopi itu dia sajikan secara apik. disamping itu, diskusi-diskusi ringan tercipta mengisi kehausan akan pengetahuan kami seputar dunia kopi.

Saat ditanyai soal prospek kopi pinogu di masa mendatang, Mita sangat optimis bila kopi Pinogu diolah dengan cara maksimal, akan berimbas pada perbaikan ekonomi petani kopi di Gorontalo. Asalkan pihak pemerintah maupun pemerhati Kopi bersedia mendampingi petani kopi Pinogu dari cara perawatan, pengolahan, hingga pendistribusian ke tangan konsumen.

Di akhir sesi diskusi, Mita kembali berpetuah, kalau kopi sachet sebenarnya memiliki efek yang tidak baik bagi kesehatan. Alasannya, biji kopi yang digunakan dalam produksi kopi sachet, bukanlah biji kopi dengan kualitas baik. Belum lagi tambahan beberapa perisai dan bahan pengawet yang sengaja dipadukan dalam kemasan kopi. 

Tapi sayang, sebagai anak kos tulen, nasehat mba Mita ini masih belum mampu me-murtad-kan pilihan kami ke kopi sachet. toh, kopi sachet tetaplah menjadi sahabat karib anak kos. apalagi ada hadiah gelasnya dan promo beli tiga gratis satu. siapa yang tidak tergoda coba? 😅

Write a comment